Rasionalis.com — Dalam beberapa dekade terakhir, industri perjalanan ibadah Umrah dan Haji di Indonesia tumbuh pesat, baik dari sisi jumlah penyelenggara maupun keberagaman model bisnis yang dijalankan. Munculnya berbagai asosiasi penyelenggara, baik berbasis wilayah, afiliasi, maupun orientasi layanan, telah memberikan ruang kolaborasi yang luas. Namun di sisi lain, fragmentasi ini kerap kali memunculkan tantangan: tidak seragamnya standar pelayanan, lemahnya advokasi kolektif, dan terbatasnya daya tawar terhadap kebijakan nasional maupun mitra internasional, khususnya dari Arab Saudi.
Melihat dinamika tersebut, muncul sebuah wacana strategis: penggabungan berbagai asosiasi penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia ke dalam satu organisasi induk bernama ASTUHARI (Asosiasi Travel Umrah Haji Republik Indonesia).
Wacana ini bukan sekadar soal pelembagaan. Ini adalah upaya serius untuk menata ulang ekosistem bisnis pariwisata ibadah agar lebih stabil, profesional, inklusif, dan berdaya saing global. ASTUHARI diharapkan menjadi ruang besar yang menyatukan kekuatan lintas asosiasi, bukan menggantikan peran-peran yang telah dibangun, melainkan memperkuatnya dalam satu poros yang solid dan representatif.
Dengan ASTUHARI, Indonesia dapat membangun:
- Standar Layanan Nasional yang lebih tegas namun fleksibel terhadap kebutuhan jamaah.
- Kekuatan lobi dan diplomasi kolektif dalam menghadapi kebijakan otoritas Saudi dan pengelola visa.
- Sistem perlindungan konsumen yang lebih terpadu bagi jamaah.
- Ekosistem data dan informasi yang terkonsolidasi untuk pengambilan keputusan yang tepat.
- Platform komunikasi strategis antara pelaku usaha, pemerintah, dan mitra internasional.
Lebih dari itu, ASTUHARI bisa menjadi garda depan untuk mendorong digitalisasi layanan umrah-haji, pembinaan SDM yang unggul, hingga kolaborasi regional dengan pelaku industri dari negara-negara Muslim lain.
Wacana ini tentu perlu disambut dengan semangat terbuka dan dialog konstruktif. Penggabungan bukan berarti kehilangan identitas, tetapi justru penguatan posisi dalam rumah besar bersama. Karena hanya dengan persatuan visi dan strategi, Indonesia bisa menjadi kekuatan utama dalam dunia penyelenggaraan Umrah dan Haji yang modern, profesional, dan bermartabat.
ASTUHARI bukan sekadar singkatan. Ia adalah simbol komitmen bersama untuk menata arah, menumbuhkan kepercayaan, dan menciptakan ekosistem ibadah yang membawa maslahat bagi umat, bangsa, dan dunia.
Maka dari itu, ASTUHARI bukan sekadar gagasan kelembagaan, tetapi gerakan bersama untuk memuliakan ibadah, memberdayakan usaha, dan menumbuhkan kepercayaan publik serta internasional terhadap Indonesia sebagai negara Muslim terbesar yang profesional dalam urusan ibadah lintas negara.
Rencana besar ini tidak berjalan sendiri. Dalam waktu dekat Pemerintah Indonesia, melalui kementerian terkait akan menyatakan dukungannya terhadap inisiatif ini sebagai langkah konkret dalam menata ulang tata kelola industri umrah dan haji. ASTUHARI digagas sebagai poros utama (central body) yang menyatukan kekuatan seluruh asosiasi yang telah ada sebelumnya, tanpa menghapus identitas, tetapi justru memayungi, menguatkan, dan merepresentasikan suara pelaku usaha secara nasional.
ASOSIASI TRAVEL UMRAH HAJI REPUBLIK INDONESIA