Epilog : Manasik Cinta
Di antara senyapnya malam Istanbul, di balkon restoran yang menghadap Bosphorus, Yudis duduk bersama Iskandar, Kamil, Rizki, dan Randito. Mereka ...
Lanjut BacaDetailsDi antara senyapnya malam Istanbul, di balkon restoran yang menghadap Bosphorus, Yudis duduk bersama Iskandar, Kamil, Rizki, dan Randito. Mereka ...
Lanjut BacaDetailsMatahari Jeddah bersinar terik, tapi hati Yudis lebih panas dari biasanya. Hari itu adalah hari yang tak pernah benar-benar ia ...
Lanjut BacaDetailsDingin belum sepenuhnya pergi dari langit Istanbul. Namun pagi di rumah kecil itu terasa hangat. Mereka bangun lebih awal, shalat ...
Lanjut BacaDetailsRestoran milik Yudis yang terletak di jantung kawasan pelajar Istanbul semakin dikenal dan ramai. Menu khas Indonesia seperti nasi uduk, ...
Lanjut BacaDetails(Saat Harapan Tidak Lagi Terucap, Tapi Diusahakan dalam Diam) Musim semi mulai mengisi kota Istanbul. Langit biru muda menggantikan kelabu ...
Lanjut BacaDetailsWaktu terus berjalan. Istanbul semakin sibuk, restoran makin dikenal, bisnis terus bertumbuh. Tapi dalam hati Yudis, ada satu ruang yang ...
Lanjut BacaDetailsBandara King Abdulaziz, Jeddah, terasa lebih hening dari biasanya. Masker, thermal scanner, dan suara pengumuman protokol kesehatan dalam bahasa Arab ...
Lanjut BacaDetailsIstanbul di musim semi seperti lukisan yang diberi napas. Langit biru pucat membentang di atas masjid-masjid tua, burung camar beterbangan ...
Lanjut BacaDetailsAngin Istanbul sore itu terasa lembut namun dingin. Langit sedikit kelabu, seolah menyimpan rahasia. Jalanan kota perlahan mulai bergeliat setelah ...
Lanjut BacaDetails© 2024 Rasionalis - Situs Karya Jurnalstik PT Rasional Jurnalis Group.
© 2024 Rasionalis - Situs Karya Jurnalstik PT Rasional Jurnalis Group.