Sudah sejak lama kita mendengar gerakan wakaf Al-Qur’an dari berbagai penjuru Indonesia yang ditujukan untuk Masjidil Haram di Makkah atau Masjid Nabawi di Madinah. Sekilas, niat ini tampak mulia: berdonasi wakaf mushaf suci ke dua masjid paling suci di muka bumi.
Namun, mari kita ajak diri kita berpikir lebih dalam dan cerdas: benarkah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi membutuhkan Al-Qur’an wakaf dari luar negeri?
Faktanya, Kerajaan Arab Saudi—khususnya melalui Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd di Madinah—telah memproduksi jutaan mushaf Al-Qur’an setiap tahunnya. Percetakan ini adalah salah satu yang terbesar di dunia, dan hasil cetakannya bukan hanya mencukupi kebutuhan dalam negeri Arab Saudi, tetapi juga disebarluaskan secara gratis ke lebih dari 70 negara.
Setiap sudut Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dipenuhi dengan Al-Qur’an dalam berbagai ukuran, terawat rapi, dan diganti secara berkala. Bahkan, pihak pengelola memiliki standar tinggi untuk mushaf yang boleh masuk ke dalam dua masjid suci ini. Maka dari itu, upaya masyarakat untuk mengirim mushaf dari luar justru seringkali tidak diterima atau bahkan dianggap mengganggu sistem yang telah berjalan dengan sangat baik.
Niat baik tentu harus dilandasi ilmu dan arah yang tepat. Daripada menyalurkan wakaf Al-Qur’an ke tempat yang sudah sangat berlebih, mengapa tidak kita salurkan ke pelosok Nusantara? Ke lembaga pemasyarakatan, pesantren terpencil, madrasah dhuafa, atau ke desa-desa minoritas Muslim yang masih kesulitan memiliki mushaf Al-Qur’an layak?
Wakaf yang cerdas adalah wakaf yang tepat guna dan tepat sasaran, bukan sekadar romantisme spiritual atau pencitraan amal. Justru dengan menyalurkan Al-Qur’an ke tempat yang benar-benar membutuhkannya, pahala kita bisa lebih besar dan manfaatnya lebih luas.
Sudah saatnya umat Islam Indonesia mulai bijak dalam berwakaf. Arab Saudi sudah sangat mampu memenuhi kebutuhan mushaf suci di dua tanah haram. Maka, tugas kita bukan memperbanyak yang sudah berlimpah, tetapi mencukupi yang masih kekurangan.
Director of Public Relation Nabawi, Abdul Wahid Al-Hetab saat ditemui di kantor Pengelola Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, mengimbau jemaah untuk memberikan Al Quran tersebut kepada kaum Muslim di Indonesia.
“Pemerintah Saudi telah menyediakan Al Quran di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Bahkan mushaf itu juga diberikan secara cuma-cuma kepada jemaah,” terang Abdul Wahid Al-Hetab di Madinah, Selasa (26/09).
“Saya memandang baik jika itu diberikan kepada kaum muslimin di negaranya sendiri. Sebab segala fasilitas di sini telah disediakan dan anggarannya juga telah disiapkan,” lanjutnya.
Menurut Hetab, Kerajaan Saudi telah menyediakan semua layanan ini dari anggaran negara. Selain Al Quran, ada juga layanan kesehatan, air Zamzam, pendingin ruangan, bahkan termasuk penataan sound system dan pergerakan keluar masuk jemaah haji di Masjid Nabawi.
“Semua disiapkan untuk memberikan kenyamanan kepada jemaah agar mereka bisa beribadah dengan lancar dan nyaman dan khusyuk,” tuturnya.
“Pelayanan tidak membedakan antara satu bangsa dengan lainnya. Siapapun jemaah yang datang akan diberikan pelayanan yang sama,” tandasnya.